Perempuan
tua itu mendongakkan wajah begitu mendengar desingan tajam di atas
ubun-ubunnya. Di langit petang yang temaram, ia melihat lampu kuning, hijau,
dan merah mengerjap-ngerjap pada ujung-ujung sayap pesawat terbang.
Deru burung
besi itu kian nyaring begitu melewati tempatnya berjongkok. Ia menghentikan
gerakan tangannya. Menggiring burung itu lenyap dari mata lamurnya. Lalu,
tangannya kembali menggumuli cucian pakaian yang tak kunjung habis itu.
Beberapa detik sekali, tangan keriputnya berhenti, lalu ia menampari pipi dan
kaki. Nyamuk di belantara beton ternyata lebih ganas ketimbang nyamuk-nyamuk
rimba yang saban pagi menyetubuhi kulitnya saat menyadap karet nun jauh di
pedalaman Sumatera-Selatan sana: Tanah Abang.